- / / : 081284826829

Merajut Cinta Allah dalam Keluarga

Merajut Cinta Allah dalam Keluarga
Oleh: ARDA DINATA
Email:
arda.dinata@gmail.com


Keluarga diartikan sebagai kelompok terkecil masyarakat yang terbentuk dari niat luhur ---komitmen antara seorang lelaki dan seorang perempuan--- yang memenuhi aspek syariat agama melalui KUA sehingga sah berdasarkan UU Perkawinan tahun 1974.


MELALUI struktur keluarga ini, kita dapat mengerahkan seluruh daya dan upaya untuk bekerjasama secara simultan dalam rangka mempersiapkan menggapai kebahagiaan dunia dan akhirat kelak, serta menjadikan generasi berikutnya agar lebih baik hidup dan kehidupannya dari orang tuanya. Dalam hal ini, setiap orang tua hendaknya khawatir jangan sampai melahirkan generasi lemah setelah kita (baca: QS. 4: 9).

Untuk itu, peningkatan kualitas keluarga dapat terwujud dengan syarat aspek-aspek pendidikan (ilmu), kesehatan, ekonomi, sosbud, kemandirian keluarga, dan nilai-nilai Islami tercukupi dalam lembaga keluarga kita.

Untuk mencapai yang terakhir itu, tentunya setiap lembaga keluarga harus memiliki ilmu dan seni tersendiri untuk menggapainya. Artinya, untuk menggapai nilai-nilai Islami (baca: cinta Allah) dalam keluarga, tentu bukan hal yang mudah. Tetapi, ia cukup melelahkan dan perlu seni tersendiri serta perlu peletakkan dari awal kehidupan kepada anggota keluarga.



Di sinilah, kita perlu merajut cinta Allah dalam keluarga. Pasalnya, tidak ada satu kebahagiaan yang melebihi kebahagiaan jika sudah dicintai Allah. Dan selama ini, ada anggapan yang salah pada banyak orang bahwa kebahagiaan itu, jika sudah memiliki dunia. Padahal dalam Islam mengajarkan bahwa semua yang ada di dunia ini, sama sekali tidak ada artinya dihadapan Allah. Apakah Anda ingin dicintai Allah? Lalu, apa saja tanda-tanda kalau kita dicintai Allah? Bagaimana cara merajut jalan agar kita dicintai Allah? Dan apa peran keluarga untuk menggapai hal itu?

Tanda Dicintai Allah

Setiap orang beriman, pada dasarnya punya keinginan untuk dicintai Allah. Namun kenyataannya, hanya orang-orang pilihan-Nya saja yang dapat menggapai makom dicintai Allah. Lantas, apa saja tanda-tanda bahwa orang itu memperoleh cinta Allah/dicintai Allah?

Imam Al Ghazali dalam kitabnya, Minhajjul Abidin, mengumpulkan empat puluh perkara yang merupakan tanda-tanda seseorang dicintai Allah. Yakni golongan orang-orang ma’rifat. Dua puluh tanda diantaranya akan diperlihatkan oleh Allah di dunia dan dua puluh tanda berikutnya akan diperlihatkan di akhirat kelak.

Adapun dua puluh tanda yang diperlihatkan oleh Allah di dunia tersebut, berupa: (1) Kesanggupan berdzikir setiap saat. Dzikir di sini dalam arti sebenarnya, yaitu setiap saat ingat bahwa Allah menyaksikan segala kejadian di dunia dan selalu menghindari dari perbuatan maksiat karena merasa setiap perilakunya selalu diawasi dan ditatap oleh Allah.

Karunia ini, tentu sangat mahal nilainya, sehingga kemampuan ini hanya diberikan kepada orang yang tergolong mendapt cinta Allah. Dan orang yang sanggup berdzikir kepada Allah itu adalah orang yang memiliki akal unggul. Dalam Alquran disebutkan orang-orang yang berakal yaitu orang-orang yang dzikir kepada Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring dan mereka yang memikirkan penciptaan langit dan bumi (QS. 3: 191).

(2)Dimuliakan oleh Allah. Ciri orang yang dicintai Allah ini, maka orang tersebut akan diangkat namanya, lalu dimuliakan, kemudian diagungkan oleh Allah. Bagi mereka yang mendapat kemuliaan-Nya, maka bagaimanapun manusia lain melakukan penghinaan, pencacian dan perbuatan negatif lainnya, ia tetap saja harum namanya di dunia. Lebih dari itu, justru hinaan dan caciannya itu makin menambah kemuliaan dan keagungan orang tersebut.

(3) Akan dicintai Allah. Dicintai oleh Allah merupakan buah dari cinta kita terhdap Allah. Keutamaanya, kalau sudah dicintai oleh Allah, maka tidak ada kesulitan yang menyengsarakan kehidupan lahir dan batinnya, karena Allah-lah yang memiliki alam raya ini dan Allah maha tahu akan kebutuhan kita, daripada diri kita sendiri.

Ringkasnya, setiap orang yang dicintai Allah, segala yang terjadi akan selalu dipahami hikmahnya, ridho dan berbaik sangka kepada-Nya. Sehingga pribadinya selalu merasakan kenikmatan dalam setiap ketentuan-Nya. Inilah kunci yang membuat hidup ini menjadi indah dan berada dalam liputan kebahgiaan.

(4) Allah akan menjadi walinya ketika di dunia. Artinya seorang yang dicintai Allah, maka dalam kehidupan dunia Allah akan menjadi pembela dan pengurusnya. Setiap seluk beluk permasalahan dunia, tidak akan disikapinya dengan perasaan bingung, was-was, stres, pusing, dan sejenisnya. Tapi, ia akan selalu berusaha tenang, tidak pusing dengan masalah itu, karena ia merasa yakin setiap masalah itu diatur oleh Allah.

Dalam Alquran disebutkan, barangsiapa berusaha taat dan tawakal kepada Allah, maka Dia akan memberikan solusi baginya (QS. 65:3). Dengan perilaku tawakal, Allah akan mengatur urusan kita karena Allah mengetahui urusan yang tidak terlihat oleh manusia.

(5) Allah akan menyambung rizkinya. Posisi seorang yang sudah mendapat cinta Allah, maka rizki orang itu akan dilimpahkan-Nya dari suatu fenomena keadaan dengan tidak susah payah. Artinya, walaupun kelihatannya orang itu bekerja keras, namun kerja kerasnya itu bukan sesutu yang meletihkannya, melainkan dinikmatinya. Dan orang seperti ini menjadi sarana suri tauladan bagi umat.

(6) Allah menjadi penolongnya. Inilah indahnya orang yang telah dicintai Allah, bahwa pembelaan-Nya akan menyelimuti segala sesuatu kejadian. Dampaknya, orang seperti ini akan tenang dalam menghadapi setiap keadaan. Ketenangan ini cukup beralasan dimiliki oleh orang yang dicintai Allah, sebab setiap yang ada di dunia ini mutlak adalah dalam koridor kekuasaan Allah dan tentunya segala sesuatunya takluk kepada apapun yang dikehendaki-Nya.

Yang jelas, harus diingat bahwa wujud perlindungan dan pertolongan Allah itu, bukan berarti harus terus-menerus berupa suatu kenikmatan. Tapi, adakalanya Allah melindungi orang yang dicintai-Nya dengan jalan ditimpa musibah (lahir). Bagi orang ma’rifat ini, musibah yang sesungguhnya ialah kalau hati tidak selamat (baca: tidak selamat batin).

(7) Hatinya penuh ketentraman. Artinya orang yang mendapat cinta Allah, akan selalu tenang dalam memposisikan setiap keadaan. Baginya sikap tenang akan membuat kita bisa semakin dekat kepada Allah dan doa kita makin mantap kepada-Nya untuk memudahkan urusan.

Lebih dari itu, hati penuh ketentraman akan membuat hidupnya penuh dengan kebikan kepada orang lain, meskipun banyak orang lain menghina dan mendzaliminya. Sungguh luar biasa, orang yang mendapat cinta dari Allah ini.

(8) Derajatnya menjadi mulia. Orang yang dicintai Allah, maka ia derajatnya menjadi mulia. Pasalnya, Allah mencabut dari hatinya keinginan menghambakan kepada selain Allah.

Justru karena sikap demikian, orang yang dicintai Allah ini memposisikan dunia berikut isinya tidak akan memperbudak dirinya. Hatinya tidak tercuri sedikitpun untuk mengelabui penghambaannya kepada Allah.

(9) Himmahnya sangat tinggi. Kalau seseorang telah mendapat cinta Allah, maka keinginan yang kuat --himmahnya--, akan diangkat oleh Allah, sehingga di atas segalanya dan tidak jatuh kebawah. Aktivitas nafsunya (selera, tujuan hidup, cita-citanya) tinggi sekali sehingga tidak terpaku di dunia semata. Pendeknya, keinginannya hanya satu, yaitu ingin selalu bersama dan bertemu Allah semata!

(10) Diberi kekayaan hati oleh Allah. Artinya perasaan orang yang dicintai Allah, ia tidak akan pernah merasa miskin --walaupun bisa jadi dunianya miskin-- Tepatnya, hatinya selalu kaya. Pribadinya, memposisikan orang kaya itu, tidak dengan kekayaan orang lain, karena bagi dia kekayaan orang lain semata-mata kekayaan Allah yang benar-benar Mahakaya. Singkatnya, semua itu hanya milik Allah.

(11) Hatinya dibuat bersih. Dengan kebersihan hati, Allah memudahkan baginya memahami ilmu hikmah yang terbilang sangat susah dan perlu waktu lama bila dipelajari oleh orang lain. Dari kebersihan hati akan berproyeksi pada kebersihan tutur kata, pandangan, dan perilakunya, yang pada akhirnya akan bermuara pada pribadi dan pemikirannya yang bersih.

(12) Allah melapangkan dadanya. Artinya setiap orang yang dicintai Allah, ia tidak akan pernah merasa sempit/sumpek pada saat menghadapi cobaan ataupun musibah. Mengapa bisa demikian? Sebab, Allah telah menyingkapkan rahasia dari segala kejadian tersebut. Bila kita masih sempit, berarti kita belum memahami kejadian -–hikmah-- yang sebenarnya menimpa.

(13) Orang-orang segan dan simpati kepadanya. Keseganan dan kesimpatian dari orang lain itu adalah bukan hasil rekayasa. Bagi orang yang mendapat cinta Allah itu, memiliki keyakinan bahwa kalau segala perilaku kita jelas-jelas membuat Allah suka (baca: sesuai tuntunan-Nya), maka seluruh manusia yang normal akal, pikiran, dan hatinya, insya Allah akan suka juga. Artinya standar penilaian Allah itu mutlak yang paling tinggi lagi sempurna. Dampaknya, karena ia mencari standar pujian-Nya, maka Allah menanamkan rasa segan dan simpati pada orang lainnya. Dalam bahasa Imam Al Ghazali, orang-orang yang baik berhimpun untuk menghormatinya, sebaliknya raja-raja dzalim dan musuh akan segan terhadapnya.

(14) Orang-orang akan mencintainya. Artinya orang yang mendapat cinta-Nya, maka Allah akan menyirami orang-orang yang menyelimutinya dengan rasa cinta. Dengan kata lain, bukan orang dicintai-Nya yang ingin dicintai oleh orang-orang sekelilingnya, melainkan Allah menggerakkan hati orang-orang itu untuk mencintainya.

(15) Dirinya akan penuh barokah. Orang yang mendapat cinta-Nya, maka segala perkataan dan perilakunya akan berproyeksi pada kebarokahan (kebaikan) yang banyak. Tepatnya, keberadaannya dan apa saja yang ada padanya akan memberikan kebaikan kepada orang lain.

(16) Dunia akan terlipat menjadi kecil. Artinya kalau kita telah akrab dan dicintai Allah, maka apalah artinya dunia bila dibandingkan dengan penguasa jagat raya itu sendiri. Ia tidak akan silau oleh perhiasan dunia. Dunia tidak membuatnya resah, cemas, atau bangga sekalipun, karena ia lebih bangga dengan yang menguasai dunia ini. Itulah Allah SWT.

(17) Hewan-hewan takluk kepadanya. Kita tahu bahwa sesungguhnya semua makhluk yang ada di alam ini bertasbih kepada Allah. Artinya Allah akan menaklukan hewan-hewan kepada orang yang dicintai Allah, sehingga menjadi damai dan bersahabat pada kekasih Allah.

(18) Allah akan membukakan kunci-kunci bumi. Kita tahu dunia dengan segala isinya ini adalah milik Allah. Sehingga kalau Allah menghendaki dunia berikut isinya akan dibukakan dengan mudah bagi orang yang dicintai-Nya. Artinya apa saja yang kekasih Allah inginkan, maka Allah akan mengabulkannya.

(19) Dirinya menjadi wasilah sehingga orang lain bisa dekat dengan Allah. Artinya keberadaan orang yang dicintai Allah, maka ia akan dijadikan-Nya sebagai jalan (wasilah) agar orang-orang menjadi dekat kepada Allah. Singkatnya, otoritas keberadaannya, benar-benar dijadikan jalan untuk memperkenalkan keberadaan Allah.

(20) Doanya diijabah. Hal ini dikarenakan bagi orang yang telah mendapat cinta Allah itu keyakinannya sangat bulat. Lagian, doanya kekasih Allah ini tidaklah sembarangan, karena biasanya doanya senantiasa merupakan rahmat.

Demikianlah keduapuluh tanda-tanda yang diperlihatkan-Nya di dunia, bagi orang-orang yang telah diselimuti cinta-Nya. Dan dengan petunjuk ini, semoga menjadikan kita berbuat untuk mendapat cinta-Nya.

Jalan Dicinta Allah

Betapa indahnya kalau kita telah mendapatkan posisi dicintai Allah. Lalu, apa saja jalan untuk mencapai derajat dicintai-Nya? Dalam Alquran ada beberapa petunjuk untuk merajut jalan dicintai oleh Allah ini, diantaranya melalui: Pertama, Tadabbur Quran. Allah berfirman yang artinya: “Apakah mereka merenungkan Quran? Dan sekiranya ia bukan dari Allah, niscaya akan mereka jumpai di dalamnya, pertentangan yang banyak.” (QS. 4: 82). Di sini kita disuruh merenungkan isi Alquran, dari perilaku ini tentu akan menghasilkan pengenalan totalitas terhadap Allah.

Kedua, Tafakur alam. Dengan memperhatikan dan merenungi atas kejadian alam semesta, maka kita akan semakin yakin atas kekuasaan Allah. Kegiatan ini, bila dilakukan secara kontinu akan mendekatkan kecintaan pada Allah. Bukankah dicintai Allah itu merupakan buah dari cinta kita terhadap Allah?

Dalam Alquran surat Ali Imran: 190-191, Allah berfirman yang artinya: “Sesungguhnya tentang kejadian langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang menjadi tanda (atas kekuasaan Allah) bagi orang-orang berakal. (Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah ketika berdiri, duduk dan waktu berbaring; dan mereka memikirkan kejadian langit dan bumi, (sambil berkata): Ya Tuhan kami, bukanlah Engkau jadikan ini dengan percuma (sia-sia), Mahasuci Engkau, maka peliharakanlah kami dari siksa neraka.”

Ketiga, Simpati dan cinta pada Allah. Yang ketiga ini merupakan rangkaian yang mengokohkan dari sikap dan perilaku tadabbur quran dan tafakur alam. Jadi, simpati dan cinta pada Allah ini memang merupakan rajutan yng harus dikokohkan, bila kita ingin dicintai Allah.

Berkait dengan simpati dan cinta pada Allah ini, dalam Alquran disebutkan bahwa orang yang beriman akan amat kasih kepada Allah. Menurut Islam, kecintaan Allah adalah tujuan hidup manusia yang paling tinggi. Lagian, jika kita mengasihi Allah (berarti mengikuti aturan-Nya), niscaya Allah akan mengasihi dan mengampuni dosa kita. Yang jelas, karunia Allah berupa cinta-Nya ini, hanya diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya (baca: QS. 2: 165, 3: 31, dan 5: 54).

Peran Keluarga

Untuk mendapatkan cinta Allah tersebut di atas, jelas-jelas harus dilakukan dengan selalu merajutnya sampai benar-benar cinta-Nya bersemayam pada diri kita. Di sinilah perlunya pribadi kita harus sesuai dengan ajaran-ajaran Islam.

Dalam arti lain, untuk membentuk kepribadian yang Islami dalam keluarga, maka kita harus mengislamisasi diri (baik hati, pikiran, perbuatan) terlebih dahulu; baru kemudian mengaktualisasi-kan konsep beriman (QS. 49: 15, 8:2); bertaqwa (QS. 65: 2 dan 3) pada setiap anggota keluarga kita. Lebih-lebih pada tiap-tiap orang tua.

Pada akhirnya, untuk merajut cinta Allah dalam keluarga, yang jelas kuncinya adalah para orang tua tidak bosan-bosannya harus berinvestasi terhadap ilmu yang mendukung terhadap hal itu dan perlu sikap teladan yang diperlihatkan orang tua pada anak-anaknya. Kita berdoa, semoga kita dapat menggapai makom dicintai oleh Allah SWT ini. Amin*** (Bdg, 09/12/01).

Arda Dinata, Penulis Freelence dan dosen di Akademi Kesehatan Lingkungan (AKL) Kutamaya, Bandung.

Arda Dinata adalah pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia,
http://www.miqra.blogspot.com.
WWW.ARDADINATA.COM