- / / : 081284826829

Jangan Remehkan Hal-hal Kecil

Oleh: Arda Dinata
Email: arda.dinata@gmail.com


SETIAP Muslim meyakini bahwa setiap kehidupan di dunia ini ada dalam koridor pengawasan Allah SWT. Begitu pun halnya dengan perilaku manusia. Ia tidak luput dari pengawasan-Nya.

Meremehkan berarti memandang remeh (tidak penting, kecil, dsb); menghinakan; mengabaikan. Untuk itu, jangan anggap remeh terhadap hal-hal kecil yang kita perbuat di dunia. Kita harus selalu berhati-hati tentang niat, ucapan dan perilaku. Bukan hanya menyangkut eksistensi harga diri sesama manusia, tapi lebih dari itu kita harus mempertanggung jawabkan di hadapan Allah Ta’ala.

Artinya, jika hal-hal kecil yang diremehkan itu adalah sesuatu yang melanggar ketentuan-Nya bisa berakibat celaka di dunia dan akherat. Sebaliknya, sangat disayangkan bila hal-hal kecil yang kita remehkan itu merupakan sesuatu yang bernilai taqwa dan bermutu amal saleh lagi membawa kebahagiaan.

Dalam hal ini, Allah mengingatkan kita dalam Alqur’an, “Barangsiapa mengerjakan kebaikan walau seberat butir debu, akan dibalas kebaikan itu. Dan barangsiapa mengerjakan kejelekan walau seberat butir debu, akan dibalas pula kejelekan itu.”(QS. 99: 7-8).

Parameter itulah, yang mengajarkan kita agar tidak meremehkan terhadap hal-hal kecil. Karena hal-hal kecil yang telah kita lakukan itu akan menjadi “bahan penilaian”, baik semasa hidup di dunia dan lebih-lebih di akherat kelak.

Yang jelas, sikap melucuti dan meremehkan hal-hal kecil dengan menganggap hal-hal besar sebagai satu-satunya yang menentukan kualitas hidup manusia, adalah sesuatu yang tidak baik dan tidak bijaksana. Bukankah, sesuatu yang besar itu tidak mungkin ada, tanpa adanya hal-hal yang kecil?

Berikut ini, ada beberapa ruang lingkup yang dapat menyadarkan dan membukakan mata kewaspadaan kita terhadap pentingnya menjauhkan sikap meremehkan hal-hal kecil dalam hidup keseharian.


1. Bagaimana awal kehidupan manusia dimulai?

Pengetahuan tentang bagaimana manusia itu diciptakan, kita peroleh dari Allah sendiri, Sang Penciptanya. Yakni Allah ‘Azzawa Jalla, dalam Alqur’an mengatakan, Aku ciptakan kamu dari debu (QS. Ali’Imran:59, Al-Kahfi:38, Al-Hajj:5, Ar-Ruum:29, Al-Faathir:11, dan Al-Mu-min:67); dari tanah liat (QS. Al-An’aam:2, Al-A’raaf:11, Ash-Shaad:71,76, Al-Mu-minuun:12, Alif Laam Miim As-Sajdah:7, As-Shaffaat:11, Al-Israa’:61); dari lumpur hitam yang diberi bentuk (QS. Al-Hijr:26,28,33); dari tanah kering seperti tembikar (QS. Al-Hijr:26,28,33 dan Ar-Rahmaan:14).

Secara demikian, bukan berarti proses penciptaan manusia itu saling bertentangan tentang bahan penciptaan itu sendiri (tanah). Namun, sebenarnya Allah SWT menerangkan kepada kita adanya fase-fase dari bahan penciptaan tersebut. Dari debu menjadi tanah liat, lalu menjadi lumpur hitam, dan kemudian menjadi tanah kering. Inilah gambaran dalam proses terciptanya jasad manusia sampai menjelang ditiupkannya roh ke dalamnya. Allah berfirman, “Dan telah Aku tiup ke dalamnya roh (ciptaan)-Ku.” (QS. Al-Hijr:29).

Adapun mengenai proses pembentukan janin, dalam QS. Al-Mu-minuun:13-14, diterangkan bahwa, kemudian Kami jadikan saripati itu nuthfah (yang tersimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian nutfah itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang-belulang itu Kami bungkus dengan daging.

Itulah fase-fase global dari sebuah janin. Sedangkan bila kita teliti lebih lanjut tentang pertumbuhan dan perkembangan sebutir zigote atau sel telur (ovum) yang telah dibuahi oleh sel sperma, hingga akhirnya tercipta dan terlahir seorang makhluk bernama manusia. Di sini, kita akan mengatakan bahwa hal-hal kecil itu akan sangat berarti bagi kehidupan di kemudian hari. Apa buktinya?

Harus kita yakini bahwa manusia itu sebenarnya tumbuh dari sebutir zigote yang amat sangat kecil, tidak nampak oleh mata telanjang, tumbuh menjadi bakal (janin) manusia yang kecil sekali, panjangnya tidak lebih dari seperempat inci. Kemudian volumenya bertambah sampai 50 kalinya, sedang bobotnya sampai 8000 kalinya.

Dari sebutir zigote itu, lalu berubah menjadi makhluk yang ada kepalanya, ada tubuhnya dan ekornya. Pada saat ini, sudah ada jantung sederhana yang berdenyut dan darah yang beredar terus-menerus. Ada juga tanda-tanda pertama bakal adanya tangan, kaki, mata, telinga, perut maupun otak. Dan kenyataannya, selama 30 hari dari kehidupan manusia yang pertama itu, pada umumnya telah mulai terbentuk secara sangat sederhana setiap anggota tubuh yang akan melayani kita dalam kehidupan baru kelak. Begitu pula halnya dengan beberapa anggota tubuh yang belum nampak kelihatan sebelum lahir.

Perkembangan zigote tersebut setelah mendapat sedikit kesuburan, membagi dirinya menjadi dua sel, dan dari dua sel itu terbagi lagi menjadi empat, dan seterusnya sampai menjadi berjuta sel yang membentuk tubuh manusia. Sehingga kalau kita runtut dapat disebutkan bahwa pada bulan kedua dari kehidupan manusia dalam rahim, berakhir dengan lebih miripnya janin dengan bentuk manusia dewasa.

Pada bulan ketiga, mulai jelas perbedaan antara kelelakian yang kelihatan lebih menonjol, daripada kewanitaan yang tetap tersembunyi. Selanjutnya, pertumbuhan janin paling pesat terjadi pada bulan-bulan ketiga dan keempat. Di bulan kelima, bagian dari kulit ikut berkembang, yaitu rambut halus yang kini menutupi kepala. Lalu kuku mulai nampak pada jari-jari tangan dan kaki. Dan terbentuknya juga dentin, yaitu lapisan yang menutupi gigi susu.

Selama bulan keenam ini kelopak mata janin terbuka lagi, yang sejak bulan ketiga tertutup rapat. Pembentukan kedua mata pada saat ini telah lengkap, namun baru bisa merasakan cahaya nanti pada bulan ketujuh. Dan pada bulan ketujuh ini, ada beberapa daerah dalam otak yang tumbuh seperti otak kecil, yaitu kelanjutan dari otak besar yang berhubungan dengan serabut-serabut yang datang dari telinga. Di samping itu, terjadi juga kesempurnaan perkakas saraf. Kemudian pada bulan kedelapan dan kesembilan ini mulai terlihat keindahan rupa, serta menunggu masa-masa kelahiran bayi.

Dengan memakni proses awal kehidupan manusia tersebut, masihkah kita akan meremehkan hal-hal kecil dari perikehidupan manusia? Padahal, bukankah dirinya sendiri terbentuk melalui proses-proses kecil yang tidak terjangkau manusia.

2. Bagaimana sebuah kesuksesan besar terbentuk?

Kesuksesan seseorang itu terbentuk tidak hanya dengan cara berdiam diri dan berkeluh kesah. Kesuksesan hari esok tak hanya diatur melalui teori. Apalagi hanya dengan ayal. Tepatnya, keinginan itu harus dibarengi dengan kesungguhan kerja dan luasnya ilmu. Dan yang lebih penting lagi, jangan terbesit sedikit pun dalam pikiran dan perilaku kita mengabaikan usaha yang telah dilakukan sebelumnya, biar pun usaha itu kecil dan sekilas tidak punya arti apa-apa.

Yeng terakhir itu, harus kita camkan. Karena kita sadar betul, bahwa kesuksesan itu terbentuk dari usaha yang kontiyu dan simultan. Ia dibangun oleh tangga-tangga kecil kesuksesan. Di sini, kuncinya berawal dari pola pikir kesuksesan.

Mereka yang berpola pikir sukses ---bagaimana berbuat lebih baik lagi---, akan memandang peluang sebagai “barang berharga”, pesaing sebagai motivator, dan kegagalan dijadikan sebagai batu pijakan untuk berbuat lebih baik di masa mendatang. Contoh yang sederhana dan sering kita lihat berkait menggapai kesuksesan adalah bagaimana seseorang anak yang berambisi untuk bisa berjalan. Baginya bisa berjalan adalah kesuksesan. Tidak peduli berapa kali ia terjatuh, berapa batu yang pernah melukainya, berapa orang mentertawakannya, dan tak peduli berapa lama ia meraihnya. Yang jelas, ia dapat meraih sukses berjalan.

Orang sukses adalah mereka yang berkemampuan merakit setiap hal-hal kecil sebagai tangga meraih kesuksesannya yang lebih besar. Dengan kata lain, orang sukses bukanlah orang yang tidak pernah gagal, melainkan orang yang terus mencoba bangkit dari kegagalan hingga sukses menjadi bagian dari hidupnya. Guru kita, Aa Gym sering mengatakan nikmatilah setiap proses yang kita lakukan. Yang jelas, luruskan niat dan sempurnakan ikhtiar, insya Allah kita merasakan nikmatnya perjalanan sukses itu.

Berkait dengan kesuksesan ini, Thomas Alva Edison mengatakan, “Genius itu 1% inspirasi, dan 99% cucuran keringat.” Artinya tanpa adanya hal kecil (1% inspirasi), maka kita tidak dapat mencapai genius (baca: sukses). Dan inspirasi itu datangnya dari Allah yang hinggap dalam pikiran kita. Dalam hal ini, Arda Dinata (1998), dalam salah satu tulisannya mengungkapkan bahwa, “Formula kesuksesan seseorang dibentuk oleh kerja pikir (Kp), kerja hati (Kh), kerja fisik (Kf), doa dan faktor X (keberkahan).”

Kerja pikir merupakan modal awal kesuksesan seseorang. Setiap manusia pada dasarnya berpontensi untuk sukses. Tapi, hanya mereka yang berpikir (sukses) yang dapat menguasai hidup dan mencapai kesuksesan. Hal ini didasarkan akan nikmat ‘otak’ yang diberikan Penguasa Hidup, hanya kepada manusia. Tentu, manusia yang mampu menggunakan pikirnya dalam membaca hidup ini, baik yang tersurat maupun tersirat, maka ia akan selalu berusaha bersikap positif terhadap sesuatu yang terjadi pada dirinya (baca: walau hal-hal kecil). Langkah hidupnya selalu didasarkan pada pola pikir yang terbentuk dari pembacaan dan perenungan hatinya.

Dari perpaduan kerja pikir yang telah dikonsultasikan melalui (kerja) hati, maka selanjutnya di aktualisasikan melalui kerja fisik. Setelah ketiga usaha yang dapat dilakukan manusia (ikhtiar) itu dimaksimalkan, ada formula kesuksesan lain yang perlu dilakukannya yaitu berdoa.

Doa merupakan tali penghubung usaha maksimal manusia dengan dunia maya kesuksesan. Dengan berdoa kepada Sang Penguasa kesuksesan itu sendiri, diharapkan ada faktor X ---keberkahan--- yang meridhoi dan mewujudkannya.

3. Bagaimana amalan kecil memiliki penghargaan tinggi?

Berbahagia dan sangat beruntung bagi orang-orang yang dalam hidupnya selalu diselimuti perilaku amal saleh. Amal saleh tidak lain merupakan buah dari iman ---cerminan iman---. Tepatnya, amal saleh adalah pelaksanaan totalitas perintah Allah dan penghindaran terhadap segala larangan-Nya. Lebih dari itu, yang terpenting amal saleh ini merupakan bekal yang paling baik untuk dibawa ke alam akherat yang kekal nanti, setelah kehidupan dunia.

Adapun yang termasuk amal saleh, dalam sebuah hadist disebutkan diantaranya berupa mendamaikan dua orang yang berselisih secara adil; membantu seseorang untuk menaiki hewan tunggangannya atau memuat barang-barangnya ke atas hewan tersebut; ucapan yang baik; menyingkirkan rintangan di jalan; tersenyum kepada sesama; dan berhubungan intim dengan istri/suami.

Berkait amal perbuatan manusia itu, Allah melihat bukan hanya besar atau kecilnya semata-mata, tetapi yang penting adalah niat dan keikhlasan hati kita. Artinya amalan hati, menurut Islam lebih utama daripada amalan yang bersifat fisik. Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak melihat tubuh dan bentuk tubuh kamu, tetapi Dia melihat hati dan amalmu.” (HR. Muslim).

Nabi Saw bersabda, “Allah tidak menerima amalan, melainkan amalan yang ikhlas dan yang karena untuk mencari keridhoan-Nya.” (HR. Ibnu Majah).

Sementara itu, Allah berfirman, “Dan janganlah aku dihinakan pada hari berbangkit (kiamat). Pada hari yang tidak bermanfaat harta benda dan tidak pula anak-anak. Kecuali orang yang datang ke hadirat Allah dengan hati yang suci.” (QS. Asy-Syu’ara: 87-89).

Secara demikian, keselamatan seseorang dari kehinaan pada hari kiamat, hanya diberikan kepada orang yang datang kepada-Nya, dengan hati yang baik lagi penuh keikhlasan.

Untuk itu, ikhlas merupakan amalan hati yang sangat penting untuk dimiliki setiap Muslim. Ia sebagai motivator, penggerak amal dalam meraih cita-cita dan tujuan yang diridhoi Allah SWT. Ia pun sebagai katalisator, pemurni amal pada anggota tubuh dalam beribadah kepada-Nya, berhubungan dengan sesama dan lingkungannya (Abdul Aziz Ad Barbasyi; 1997).

Dalam konteks ini, jelas-jelas bahwa amalan kecil yang ikhlas memiliki penghargaan tinggi dihadapan Allah, daripada amalan besar tapi diselimuti sifat riya.

Rasulullah Saw mengingatkan kita tentang bahayanya sifat riya yang bisa menyebabkan amalan akan ditolak. Sabdanya, “Saya khawatir apa yang saya takutkan akan syirik kecil menimpa atas diri kalian.” Mereka (para sahabat) bertanya: “Ya, Rasulullah, apa gerangan syirik kecil itu? Jawab Rasul, “Ia adalah riya.” (Al-Hadist).

4. Bagaimana unsur kecil terbentuk?

Alam semesta itu memiliki unsur-unsur dari yang terkecil hingga yang terbesar. Para ilmuwan hingga abad ke-19 berkeyakinan bahwa atom merupakan bagian terkecil yang mungkin ada pada segala unsur materi dan tak dapat dibagi-bagi lagi. Tetapi, beberapa puluh tahun belakangan ini, hal itu telah ditentang dengan adanya penemuan baru. Yakni para ilmuwan menemukan bahwa atom itu mengandung unsur Proton, Neutron dan Elektron. Melalui pembagian ini, salah satunya mereka dapat menciptakan bom atom yang cukup membahayakan manusia bila disalahgunakan.

Untuk itu, kita hendaknya jangan menganggap sepele terhadap unsur atom yang kecil ini. Dan sesuatu walau pun kecil seperti atom, dihadapan Allah jelas-jelas tercatat lagi tidak akan terlewatkan. Allah berfirman, “…. Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah (atom) di bumi maupun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan semua tercatat dalam kitab yang nyata (Lauhul mahfuzh).” (QS. 10: 61).

Dalam bahasa kimia, atom-atom yang ada di alam itu dapat membentuk molekul-molekul. Artinya suatu molekul dapat terbentuk bila ada atom-atom. Di sini, terlihat jelas akan peran sebuah atom sebagai pembentuk molekul dalam alam ini. Perumpamaan ini, setidaknya telah menyadarkan bahwa kita hendaknya jangan menyepelekan hal-hal kecil dalam hidup ini.

5. Bagaimana dosa kecil bisa menjerumuskan?

Kehidupan manusia memang tidak terlepas dari lilitan dosa. Tetapi, bukan lantas kita seenaknya melakukan dosa-dosa kecil atau lebih-lebih dosa besar. Dan sulit bisa dibayangkan apa yang terjadi, jika predikat ‘dosa’ dihapuskan dari peradaban manusia. Hasilnya, kehidupan akan kacau balau, karena dengan nafsunya setiap orang merasa bebas berbuat apa saja.

Allah SWT berfirman, “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia. Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah), mereka mempunyai mata tetapi tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga tetapi tidak dipergunakan untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu bagaikan binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS. Al-An’am: 179).

Dalam Islam, seseorang dikatakan berdosa, jika orang itu melanggar larangan syariatnya. Nabi Muhammad Saw mendefinisikan dosa dengan, “Apa yang mengganjal dalam hatimu, dan engkau takut kalau hal itu diketahui orang lain.” (HR. Iman Muslim).

Secara demikian, pada koridor itulah kita dapat memposisikan perbuatan manusia itu, termasuk dosa atau tidak. Sayangnya, banyak manusia yang kurang memaknai sebuah dosa. Sehingga banyak hal-hal kecil perbuatan manusia yang diabaikan, padahal perilaku itu telah melanggar syariat Islam. Berikut ini kisah yang pernah ditulis H. Usep Romli, H.M, tentang sebutir kurma penjegal doa.

Usai menunaikan ibadah haji, Ibrahim bin Adham berniat ziarah ke Masjidil Aqsa. Untuk bekal diperjalanan, ia membeli 1 kg kurma dari pedagang tua di dekat Masjidil Haram.

Setelah kurma ditimbang dan dibungkus, Ibrahim melihat sebutir kurma tergeletak di dekat timbangan. Menyangka kurma itu bagian dari yang ia beli, Ibrahim memungutnya, lalu memakannya. Setelah itu langsung berangkat menuju Al Aqsa.

Empat bulan kemudian, Ibrahim tiba ke Al Aqsa. Seperti biasa, ia suka memilih tempat beribadah pada sebuah ruangan di bawah Kubah Sakhra. Ia salat dan berdoa khusyuk sekali.

Tiba-tiba ia mendengar percakapan dua Malaikat tentang dirinya.

“Itu Ibrahim bin Adham, ahli ibadah yang zuhud dan wara yang doanya selalu dikabulkan Allah SWT,” kata Malaikat yang satu.

“Tapi sekarang tidak lagi. Doanya ditolak karena 4 bulan yang lalu ia memakan sebutir kurma yang jatuh dari meja seorang pedagang tua di dekat Masjidil Haram, “ jawab Malaikat yang satu lagi.

Ibrahim bin Adham terkejut sekali. Ia terenyak. Jadi, selama 4 bulan ini ibadahnya, salatnya, doanya tidak diterima oleh Allah SWT gara-gara memakan sebutir kurma yang bukan haknya.

“Astagfirullahal Adzim,” Ibrahim beristighfar. Ia segera berkemas. Berangkat lagi ke Mekah untuk menemui pedagang tua penjual kurma. Untuk meminta dihalalkan sebutir kurma yang telah ditelannya.

Singkat cerita, ternyata pedagang tua itu sudah meninggal dunia. Dengan begitu Ibrahim meminta penghalalan itu terhadap para ahli warisnya yang berjumlah 12 orang (jumlah ini diketahui dari ahli waris yang berjualan kurma menggantikan ayahnya).

Akhirnya, semua ahli waris setuju menghalalkan sebutir kurma milik ayah mereka yang termakan oleh Ibrahim.

Empat bulan kemudian, Ibrahim bin Adham sudah berada lagi di ruang bawah Kubah Sakhra. Tiba-tiba dua Malaikat yang dulu, terdengar lagi bercakap-cakap.

“Itulah Ibrahim bin Adham yang doanya tertolak gara-gara memakan sebutir kurma milik orang lain.”

“O, tidak. Sekarang doanya sudah makbul lagi. Ia telah mendapat penghalalan dari ahli waris pemilik kurma itu. Diri dan jiwa Ibrahim kini telah bersih kembali dari kotoran sebutir kurma yang haram karena masih milik orang lain. Sekarang ia sudah bebas.”

Perilaku mengabaikan dosa seperti itulah, yang akan memberatkan posisi dirinya dihadapan Allah. Semoga kita merasa yakin dan tidak menyepelekan akan dosa yang telah kita perbuat, walau hanya sebesar biji kurma seperti kisah di atas.

6. Bagaimana makhluk kecil begitu menggemparkan?

Allah menciptakan dunia seisinya semata-mata untuk beribadah terhadap-Nya. Adapun makhluk hidup yang diciptakan Allah tersebut, ada yang dapat dilihat dengan kasad mata, ada juga yang baru terlihat melalui bantuan mikroskop. Dalam arti lain, makhluk hidup itu, ada yang ukuranya paling kecil sampai yang terbesar.

Allah berfirman, “Dan Dia (Allah) telah menjadikan segala sesuatu, kemudian Dia tentukan pula ukurannya masing-masing.” (QS. Al-Furqan: 2).

Selain itu, Allah menciptakan manusia sebagai makhluk yang sempurna dibandingkan dengan lainnya. Walau demikian, bukan berarti kita dapat berlaku sombong terhadap makhluk yang lebih kecil dari kita. Dalam dunia kesehatan kita mengenal makhluk hidup yang ukurannya sangat kecil, misalnya golongan virus, bakteri, protozoa dan metazoa.

Larangan sifat sombong terhadap makhluk kecil itu, tentu bukan tanpa alasan. Karena betapa manusia itu tidak berdaya, bila golongan virus, bakteri, protozoa dan metazoa menyebarkan penyakitnya pada manusia. Apa buktinya?

Beberapa waktu lalu, betapa dunia digemparkan oleh aktivitas penyakit antraks. Antraks adalah penyakit infeksi yang bersifat akut bersumber dari bakteri bacillus anthracis yang menyerang hewan mamalia, namun lebih berbahaya lagi karena penyakit ini dapat juga menyerang manusia.

Penyerangan kepada manusia biasanya terjadi melalui kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi atau melalui penularan lewat udara (pernapasan) yang mengandung spora bakteri tersebut. Sejak ditemukan pertama kali oleh Robert Koch (1876) dan selanjutnya oleh Louis Pasteur, bakteri ini dinyatakan sebagai penyebab penyakit antraks pada ternak dan telah banyak menyebabkan kematian baik hewan ternak maupun manusia.

Lebih dari itu, bacillus anthracis adalah jenis bakteri yang banyak dipilih sebagai salah satu agen senjata biologis karena bersifat sangat mematikan. Sebagai senjata yang sangat mematikan, antraks diduga banyak dikembangkan oleh sekelompok orang, organisasi atau negara untuk melakukan aksi kriminalitas, teror dan sabotase, bahkan untuk perang terbuka (Priyono Wahyudi, M.Si).

Secara demikian, layakkah kita meremehkan makhluk kecil (semacam bacillus anthracis) yang dapat menggemparkan kehidupan manusia tersebut?

7. Bagaimana sebuah perubahan dimulai dari hal-hal kecil?

Islam itu datang untuk memperbaiki keadaan dunia dari kehancuran dan membawa manusia kepada kebenaran dan kebahagiaan yang hakiki. Alqur’an dan sunah Rasul sebagai tuntunan hidup, amat sesuai dengan naluri dan nilai-nilai insan. Tepatnya, kedatangan Islam merupakan pembaharu dunia, dari gelap kepada terang, dari batil kepada yang hak.

Perbaharuan itu dapat terbentuk melalui tahap-tahap tertentu, bukan dengan sekali jadi. Karena tanpa hal-hal kecil, maka bukan merupakan suatu perubahan melainkan revolusi. Arti lainnya, jika kita ingin merubah nasib bangsa Indonesia agar lebih baik dari sekarang, maka hendaknya kita memperhatikan pembentukan individunya sebelum masyarakatnya. Rubahlah hal-hal kecil terlebih dahulu, sebelum kita rubah yang lebih besar.

Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”(QS. Ar-Ra’d: 11).

Pola seperti itulah, yang saat ini coba diaktualisasikan oleh Aa Gym dalam memberdayakan umat menuju perubahan akhlak yang mulya. Konsep merubah diri ini dikenal dengan 3 M. Yaitu memulai dari diri sendiri dalam hal-hal kecil, melakukan terus/melatih diri, dan mulailah sekarang/melaksanakan langsung.

Akhirnya, di sinilah perlunya kita memaknai hidup secara benar. Muhammad Abduh mengatakan, “Hidup itu bukanlah hanya sekedar memasukkan dan mengeluarkan nafas saja, akan tetapi sesungguhnya hidup itu adalah aqidah dan jihad.” Ringkasnya, hidup ini harus membawa arti dan makna.

Nabi Muhammad Saw bersabda, “Siapa hidupnya lebih baik daripada hari kemarin, bahagialah ia. Siapa hidupnya sama keadaannya dengan hari kemarin, rugilah ia. Siapa hidupnya lebih jelek daripada hari kemarin, celakalah ia.” (HR. Al-Hakim). Waallahu’alam.**

Arda Dinata adalah pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia, http://www.miqra.blogspot.com.
WWW.ARDADINATA.COM